"Selamat, anakmu jadi juara favorit!" kamu kirim pesan itu dengan penuh antusias dan tak lupa disertai dengan emoji tertawa lepas.
Kurang dari satu menit kamu mendapat pesan balasan darinya, "Alhamdulillah ... tapi sayang belum juara 1." Meski agak kecewa -nampaknya- tapi ia tetap bersyukur atas keberhasilan anak didiknya.
"Belum waktunya, mungkin. Tahun depan Insya Allah akan digelar kembali. So, siapkan pasukan sebanyak-banyaknya." Kamu mencoba menghiburnya.
Satu jam berlalu. Handphonemu tak berdering. Berkali-kali kau cek layar handphonemu barangkali ada pesan masuk yang tak kamu sadari -karena mungkin kamu lupa menyalakan deringnya. Bukan, kamu bukan lupa tapi handphonemu memang tak berdering. Tak ada satu pesan pun yang masuk. Kamu menunggunya.
Sesaat kemudian kamu cek kembali pesan yang kamu kirimkan padanya. Kamu khawatir ada kata-kata yang aneh yang membuatnya tak membalas lagi pesanmu. Kamu baca, kamu telaah. Dalam pesan itu "tahun depan Insya Allah akan digelar kembali. So, siapkan pasukan sebanyak-banyaknya." Kamu nampak yakin. Tapi kemudian, kamu sadar tahun depan akankah dia dan kamu masih bersama? Akankah dia masih ada? Atau kamu telah tiada?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar