Bandung sore itu diguyur hujan deras. Entah sebuah
kaberuntungan atau bukan, hari itu dosen kami memutuskan untuk tak masuk kelas.
“Bapak mendapat kendala di perjalanan, perkuliahan dipindah ke hari Selasa”, demikian
isi sebuah pesan singkat yang diterima oleh ketua kelas kami. Kelas ditiadakan.
Tak munafik, kami pun senang walau ada sedikit kekecewaan karena ‘perjuangan’
menembus hujan untuk sampai ke tempat kami menuntut ilmu pun ternyata nampaknya
sia-sia.
Hujan belum benar-benar reda. Gerimis di sore hari. Yang aku
suka setelah embun di pagi hari dan bintang di malam hari.
Kami pun memutuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan kami
saling bertukar cerita, mencurah isi hati. “Ada akhwat sama ikhwan, mereka itu
udah lama deket. Tapi, akhirnya ikhwan itu malah nikah sama akhwat yang lain.
Nah, itu yang aku takutin.”, kata sahabatnya agak berbisik. Berbisik. Berbisik
karena takut. Takut ketakutannya diketahui yang lain. Entah siapa, aku pun tak
tahu. Nampaknya dengan gerimis sore itu sekalipun ia tak mau berbagi kisahnya.
Dengan sangat hati-hati aku mengatakannya “Lalu, bagaimana jika kita ingin
dengan sahabat kita sendiri?”.
-ANa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar