Kampung Naga, secuil keindahan alam dan budaya Indonesia
Minggu, 4 Oktober 2015. Sekitar pukul 07.08 WIB, sepeda
motor yang kami tumpangi melaju kencang diiringi udara sejuk pagi itu.
Kira-kira satu jam kemudian kami sampai di tempat tujuan. Ku akui, sejauh ini
inilah perjalanan terjauh yang pernah kami tempuh bersama.
Setibanya di sana, kami disambut dengan ucapan selamat
datang khas masyarakat Sunda “wilujeng sumping” yang terpampang di sebuah papan
besar yang terbuat dari kayu. Unik, artistik. Cantik.
Entahlah, kata apa lagi yang bisa menggambarkannya. Bisakah
kau membayangkan itu karena aku tak pandai berkata-kata?
Karena bagiku ini adalah yang pertama kali, maka begitu
samapi disana rasanya aku tak mudah untuk percaya. Bahagia rasanya bisa menapakkan
kaki di tanah setelah melewati perjalanan jauh. Ku gerakkan badanku seperti
orang melakukan pemanasan sebelum memulai berolahraga. Ah… punggungku. Padahal
usiaku baru sekian. “Jangan senang dulu, perjalanan kita masih jauh,” tiba-tiba
suara itu mengagetkanku.
Kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Di
depan sana, ada tangga menurun dengan jumlah yang cukup membuatku menahan napas
barang satu dua detik. Sungguh, perjalanan kami masih jauh.
Karena untuk setiap
tujuan ada perjalanan yang harus dilalui. Dan dalam setiap perjalanan selalu
dibutuhkan perjuangan, kesabaran, dan keyakinan.
Keindahan yang tersembunyi di bawah lembah |
Tangga menuju Kampung Naga |
Kampung Naga, bukan perkampungan biasa. |